Lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika
Kata Bisnis secara
historis berasal dari bahasa Inggris yaitu “business”, yang berasal dari
kata dasar busy yang berarti sibuk. Atau dapat juga diartikan sebagai
beragam “kegiatan”. Pada abad ke-18,
pemahaman kata bisnis diperluas menjadi
sebagai “segala usaha dagang seseorang”. Secara umum, kata bisnis juga diberi makna sebagai
“rangkaian aktivitas komersial”.
Bisnis sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Di era
sekarang semua hal dapat menjadi lahan bisnis dari yang bermodalkan iseng-iseng
saja bahkan hingga bisnis triliunan. Tetapi sadarkah kita tentang perilaku dan
etika dalam bisnis itu sendiri? apa sih yang di inginkan oleh masyarakat dari
bisnis itu?
Dalam kegiatan bisnis sehari-hari
sangat mudah untuk menyebut etika bisnis, namun sulit sekali untuk
menerapkannya. Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, sering etika
bisnis ditinggalkan semata-mata untuk mengejar keuntungan yang besar dan
mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, atau untuk mendapatkan promosi jabatan
dan terkadang untuk tetap dapat menduduki suatu jabatan.
Untuk mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan,
merupakan proses kegiatan pemikiran etika yang sangat mirip dengan suatu studi
produktif. Kerangka yang ditawarkan oleh teori-teori etika menantang para
manajer untuk mencari alternatif-alternatif dan untuk menyusun alasan-alasan
untuk mendukung alternatif tersebut. Hal tersebut merupakan langkah yang
penting dan krusial dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks akhir-akhir
ini, dimana pengambilan keputusan yang baik akan berdampak finansial secara
langsung dari suatu tindakan yang dilakukan, namun juga terhadap kepentingan
bisnis jangka panjang yang tidak terlihat dengan jelas ataupun dampaknya
terhadap masyarakat.
Dalam menciptakan etika
bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu pengendalian
diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan
persaingan yang sehat, menerapkan konsep
pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan
persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan,
menghindari sikap 5K (Katabelece,
Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi) mampu mengatakan yang benar itu
benar, dll.
Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu dapat dikurangi, serta kita optimis salah satu kendala dalam menghadapi era globalisasi dapat diatasi.
Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu dapat dikurangi, serta kita optimis salah satu kendala dalam menghadapi era globalisasi dapat diatasi.
Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku-perilaku bisnis:
·
Physical
Contoh pengaruh physical yaitu
kualitas air dan udara, keamanan
·
Moral
Kebutuhan akan kejujuran (fairness)
dan keadilan (equity)
·
Bad Judgment
Kesalahan operasi, kompensasi
eksekutif
·
Activist Shareholders
Shareholders etis, konsumen dan
environmentalist
·
Economic
Kelemahan, tekanan utk bertahan
·
Competition
Tekanan global
·
Financial Malfeasance
Berbagai skandal akuntansi dan
keuangan
·
Governance Failures
Pengakuan thd arti penting good
governance dan isu-isu etika
·
Accountability
Kebutuhan akan transparansi
·
Synergy
Publikasi, perubahan-perubahan yg
berhasil
·
Institutional Reinforcement
Hukum/UU baru utk mereformasi praktik bisnis dan profesi
Moral
merupakan
sesuatu yang mendorong orang untuk
melakukan kebaikan etika bertindak
sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua
anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan
etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin
kegiatan bisnis yang seimbang, selaras,
dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan
dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji
(good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan.
Dalam bisnis , satu – satunya etika yang diperlukan hanya
sikap baik dan sopan kepada pemegang saham. Kepentingan utama bisnis adalah
menghasilkan keuntungan maksimal bagi shareholder. Focus itu membuat perusahaan
yang berfikir pendek dengan segala cara berupa melakukan hal – hal yang bisa
meningkatkan keuntungan. Kompetitf semakin ketat dan konsumen yang kian rewel
sering menjadi factor pemicu perusahaan mengabaikan etika dalam berbisnis.
Mungkin ada sebagian masyarakat yang belum mengenali apa itu
etika dalam berbisnis. Bisa jadi masyarakat beranggapan bahwa berbisnis tidak
perlu menggunakan etika, karena urusan etika hanya berlaku di masyarakat yang
memiliki kultur budaya yang kuat. Ataupun etika hanya menjadi wilayah pribadi
seseorang. Tetapi pada kenyataannya etika tetap saja masih berlaku dan banyak
diterapkan di masyarakat itu sendiri. Bagaimana dengan di lingkungan
perusahaan? Perusahaan juga sebuah organisasi yang memiliki struktur yang cukup
jelas dalam pengelolaannya. Ada banyak interaksi antar pribadi maupun institusi
yang terlibat di dalamnya.
Dengan begitu kecenderungan untuk terjadinya konflik dan
terbukanya penyelewengan sangat mungkin terjadi. Baik dalam tataran manajemen
ataupun personal dalam setiap team maupun hubungan perusahaan dengan lingkungan
sekitar. Untuk itu etika ternyata diperlukan sebagai kontrol akan kebijakan,
demi kepentingan perusahaan itu sendiri Oleh karena itu kewajiban perusahaan
adalah mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat. Dua
pandangan tanggung jawab sosial :
1.
Pandangan klasik : tanggung jawab sosial adalah bahwa tanggung jawab sosial
manajemen hanyalah memaksimalkan laba (profit oriented)
2.
Pandangan sosial ekonomi : bahwa tanggung jawab sosial manajemen bukan sekedar
menghasilkan laba, tetapi juga mencakup melindungi dan meningkatkan
kesejahteraan social.
Kepedulian
pelaku bisnis terhadap etika
Etika di dalam bisnis
sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis
serta kelompok yang terkait lainnya. Mengapa ?
Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusaha dengan
pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentu
dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang
transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun
bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara
pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak
terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika,
jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa
diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang
menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu
pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak
merugikan siapapun dalam perekonomian.
Dalam menciptakan etika
bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah :
1.
Pengendalian diri
2.
Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
3.
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4.
Menciptakan persaingan yang sehat
5.
Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6.
Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
7.
Mampu menyatakan yang benar itu benar
8.
Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha kebawah
9.
Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10.
Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
Perkembangan
Dalam Etika Bisnis
Di akui bahwa sepanjang sejarah kegiatan perdagangan atau bisnis
tidak pernah luput dari sorotan etika. Perhatian etika untuk bisnis dapat
dikatakan seumur dengan bisnis itu sendiri. Perbuatan menipu dalam bisnis ,
mengurangi timbangan atau takaran, berbohong merupakan contoh-contoh kongkrit
adanya hubungan antara etika dan bisnis. Namun demikian bila menyimak etika
bisnis seperti dikaji dan dipraktekan sekarang, tidak bisa disangkal bahwa
terdapat fenomena baru dimana etika bisnis mendapat perhatian yang besar dan
intensif sampai menjadi status sebagai bidang kajian ilmiah yang berdiri
sendiri.
Di abad yang lalu, orang-orang Eropa yang berasal dari
Belanda, Inggris, Spanyol dan Portugis mengunjungi Asia termasuk negeri ini
muasalnya bertujuan untuk berdagang dengan penduduk setempat. Mereka melakukan
kerjasama bisnis dengan penduduk lokal dan beberapa elit penguasa. Pada mulanya
mereka menikmati peran sebagai partner bisnis, lambat laun peran ini dianggap
tidak lagi menarik. Mereka pun berubah menjadi majikan, dan kelak menjajah dan
memperbudak bangsa ini hingga ratusan tahun untuk mempertahankan posisi itu dan
menciptakan ketergantungan penduduk lokal kepada mereka. Rupanya peran yang
belakangan lebih menarik dan lebih menantang. Perbudakan adalah sesuatu yang
tidak alami, menyalahi takdir sebagai manusia. Setiap manusia berhak atas
kebebasan. Namun pola perbudakan semacam itu kiranya tidak lekang oleh zaman,.
meski bentuknya diubah sedikit supaya lebih beradab. Perbudakan dewasa ini
lebih modern, kendati tetap ditempuh dengan cara-cara yang zalim. Apalagi di
Indonesia yang masyarakatnya kebanyakan beragama bukan karena kesadaran
melainkan telah ditentukan orangtua sejak lahir, maka agama lagi-lagi merupakan
alat yang nyaris selalu laris untuk memuluskan tujuan-tujuan tersebut. Masa etika bisnis menjadi fenomena global pada
tahun 1990-an, etika bisnis telah menjadi fenomena global dan telah bersifat
nasional, internasional dan global seperti bisnis itu sendiri.
Etika bisnis telah
hadir di Amerika Latin , ASIA, Eropa Timur dan kawasan dunia lainnya. Di Jepang
yang aktif melakukan kajian etika bisnis adalah institute of moralogy pada universitas
Reitaku di Kashiwa-Shi. Di India etika bisnis dipraktekan oleh manajemen center
of human values yang didirikan oleh dewan direksi dari indian institute of
manajemen di Kalkutta tahun 1992. Di indonesia sendiri pada beberapa perguruan
tinggi terutama pada program pascasarjana telah diajarkan mata kuliah etika
isnis. Selain itu bermunculan pula organisasi-organisasi yang melakukan
pengkajian khusus tentang etika bisnis misalnya lembaga studi dan pengembangan
etika usaha indonesia (LSPEU Indonesia) di jakarta.
Etika
Bisnis Dalam Akuntansi
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan
nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia.
Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika dan prinsip moral
yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama
anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain dengan kode etik akuntan
juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau
masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya
karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam
kode etik profesi. Akuntansi sebagai profesi memiliki kewajiban untuk
mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi yang telah
ditetapkan. Kewajiban akuntan
sebagai profesional mempunyai tiga
kewajiban yaitu; kompetensi, objektif
dan mengutamakan integritas.
Kasus enron, xerok, merck, vivendi universal dan bebarapa
kasus serupa lainnya telah membuktikan bahwa etika sangat diperlukan dalam
bisnis. Tanpa etika di dalam bisnis, maka perdagangan tidak akan berfungsi
dengan baik. Kita harus mengakui bahwa akuntansi adalah bisnis, dan tanggung
jawab utama dari bisnis adalah memaksimalkan keuntungan atau nilai shareholder.
Tetapi kalau hal ini dilakukan tanpa memperhatikan etika, maka hasilnya sangat
merugikan. Banyak orang yang menjalankan bisnis tetapi tetap berpandangan
bahwa, bisnis tidak memerlukan etika.
Sumber
:
seto7688.multiply.com/journal/item/22
http://maksi.unsoed.ac.id
masyari91.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar