A. PENGERTIAN ETIKA
Etika sangat penting bagi seseorang karena menyangkut jati
diri seseorang yang berhubungan juga dengan moral dan akhlak seseorang. Etika
sangat perlu dalam segala kegiatan dan dimana pun berada harus tetap menjunjung
etika. Etika berasal dari bahasa latin, Etica yang berarti falsafah moral dan merupakan pedoman
cara hidup yang benar dilihat dari sudut pandang budaya, susila dan agama. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu
Ethos yang berarti kebiasaan, watak
kesusilaan atau adat kebiasaan yang berhubungan erat dengan konsep individu
atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu
yang telah dilakukan.
Dalam perkembangan pemikiran pada era Yunani klasik, yaitu
berawal dari keprihatinan moral Socrates lalu berkembang dengan tumbuhnya
gagasan-gagasan filosofis pada filsuf-filsuf sesudahnya, khususnya Plato dan
Aristoteles. Pengungkapan kenyataan ini tidak hanya bersifat historis belaka,
namun ada hikmah atau nilai yang berharga yang dapat kita petik. Pertama,
munculnya gagasan-gagasan filosofis yang besar-besar seperti yang dicetuskan
oleh, dalam kasus ini, Plato dan Aristoteles, tidak turun dari langit secara
tiba-tiba (taken for granted), melainkan hasil dari pergulatan dan pergumulan
dengan kehidupan nyata sehari-hari. Kedua, kita melihat bahwa prinsip-prinsip
etika dan logika berasal dari sumber yang sama; dan hal ini menunjukkan bahwa
nilai moral terkait erat dengan pengetahuan; bahwa nilai subyek terkait erat
dengan fakta obyek; bahwa hati terkait erat dengan nalar. Etika memiliki banyak
makna antara lain :
1.
Semangat khas kelompok tertentu, misalnya ethos kerja, kode etik kelompok
profesi.
2. Norma-norma yang dianut oleh kelompok, golongan masyarakat tertentu mengenai perbuatan yang baik dan benar.
2. Norma-norma yang dianut oleh kelompok, golongan masyarakat tertentu mengenai perbuatan yang baik dan benar.
3.
Studi tentang prinsip-prinsip perilaku yang baik dan benar sebagai falsafat
moral.
Etika sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
norma-norma yang terwujud dalam perilaku hidup manusia. Etika juga memiliki
pengertian arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang
berbeda dari istilah itu, antara lain :
•Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas.
• Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu.
•Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas.
• Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu.
•
Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika
berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspektasi) profesi dan
masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah
salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan
penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat.
•
Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan
tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan
staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan pada tingkat
akhir walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil,
profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah
sakit.
•
Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk
diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik
dan buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.
Jadi menurut pendapat saya Etika adalah Ilmu yang membahas
perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh
pikiran manusia. Etika adalah refleksi
kritis terhadap moralitas, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang
bertindak sesuai dengan moralitas begitu saja.
Etika memang pada akhirnya menghimbau orang untuk bertindak
sesuai dengan moralitas, tetapi bukan karena tindakan itu diperintahkan oleh
moralitas (nenek moyang, orang tua, guru), melainkan karena ia sendiri tahu
bahwa hal itu memang baik baginya. Sadar
secara kritis dan rasional bahwa
ia memang sudah sepantasnya bertindak
seperti itu.
B.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum
Masehi para pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai
pedoman hidup bermasyarakat. Para pemikir itu telah mengidentifikasi sedikitnya
terdapat ratusan macam ide agung (great ideas). Seluruh gagasan atau ide agung
tersebut dapat diringkas menjadi enam prinsip yang merupakan landasan penting
etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan
kebenaran.
a. Prinsip Keindahan
Prinsip ini
mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap
keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan
dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam
berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih
bersemangat untuk bekerja.
b. Prinsip Persamaan
Setiap manusia pada
hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul tuntutan
terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta
persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang
tidak diskrminatif atas dasar apapun.
c. Prinsip
Kebaikan
Prinsip ini mendasari
perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai
kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan
sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan
berbuat baik dia akan dapat diterima oleh lingkungannya. Penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesungguhnya
bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.
d.
Prinsip
Keadilan
Pengertian keadilan
adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa
yang semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari
seseorang untuk bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu
yang menjadi hak orang lain.
e. Prinsip
Kebebasan
Kebebasan dapat
diartikan sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak
sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi
manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang
lain. Oleh karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab
sehingga manusia tidak melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang lain.
Untuk itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:
1.
kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan
2.kemampuan
yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kanpilihannya tersebut
3. kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
f. Prinsip Kebenaran
Kebenaran
biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang
logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran
itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat. Tidak setiap kebenaran dapat
diterima sebagai suatu kebenaran apabila belum dapat dibuktikan.
Semua prinsip yang telah diuraikan itu
merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan nilai-nilai etika atau kode etik
dalam hubungan antarindividu, individu dengan masyarakat, dengan pemerintah,
dan sebagainya. Etika yang disusun sebagai aturan hukum yang akan mengatur
kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan pegawai
harus benar-benar dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan,
keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang.
C. Basis Teori Etika
1. Etika Teleologi
Dari kata Yunani, telos =
tujuan, Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang
mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan itu. Dua aliran etika teleologi :
-
Egoisme Etis
-
Utilitarianisme
2. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata
Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. ‘Mengapa perbuatan ini baik
dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab: ‘karena
perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua
dilarang’. Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan
juga salah satu teori etika yang terpenting.
3. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini
barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk
mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Teori Hak
merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan
kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak
didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena
itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
4. Teori Keutamaan (Virtue)
Memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak
ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati
dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut :
disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Contoh
keutamaan : Kebijaksanaan, Keadilan, Suka bekerja keras, Hidup yang baik.
D.
EGOISME
Kata
"egoisme" merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin yakni ego, yang berasal dari kata Yunani kuno - yang masih digunakan dalam bahasa Yunani modern - ego (εγώ) yang berarti "diri"
atau "Saya", dan-isme,
digunakan untuk menunjukkan sistem
kepercayaannya. Dengan demikian, istilah ini secara etimologis berhubungan
sangat erat dengan egoisme filosofis.
Egois ini memiliki rasa
yang luar biasa dari sentralitas dari 'Aku adalah':. Kualitas pribadi mereka
Egotisme berarti menempatkan diri pada inti dunia seseorang tanpa kepedulian
terhadap orang lain, termasuk yang dicintai atau dianggap sebagai
"dekat," dalam lain hal kecuali yang ditetapkan oleh egois itu.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang
menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk
meningkatkan citra pribadi seseorang dan pentingnya - intelektual, fisik,
sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak
memandang kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak pada umunya
dan hanya memikirkan diri sendiri.
Teori eogisme atau
egotisme diungkapkan oleh Friedrich Wilhelm Nietche yang merupakan pengkritik
keras utilitarianisme dan juga kuat menentang teori Kemoralan Sosial. Teori egoisme berprinsip bahwa setiap
orang harus bersifat keakuan, yaitu
melakukan sesuatu yang bertujuan memberikan
manfaat kepada diri sendiri. Selain itu, setiap perbuatan yang memberikan
keuntungan merupakan perbuatan yang baik dan satu perbuatan yang buruk jika merugikan diri sendiri.
Sumber:
wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/prinsip-prinsip-etika-2/
http://anitasitindaon.blogspot.com
http://id.shvoong.com/social-sciences
Tidak ada komentar:
Posting Komentar