Me n My Life

I am a simple woman, but I have the perfect family that gives me strength to live this life

Jumat, Januari 14, 2011

Kanker Leher Rahim

ARTIKEL 3 :
KANKER LEHER RAHIM


Kanker leher rahim (cervical cancer) menjadi masalah terbesar di Negara berkembang akibat terbatasnya akses screening (medical check up) dan pengobatan. Setiap tahun terdapat lebih kurang 400 ribu kasus baru kanker leher rahim dengan 80 % diderita perempun di Negara berkembang. Bahkan penderita terbanyak terdapat di Indonesia. Faktor risiko tinggi diketahui pada wanita yang melakukan hubungan seksual berganti – ganti pasangan, menikah dibawah usia 20 tahun. Berhubungan seks pertama kali pada usia muda merupakan salah satu penyebab.
Wanita menikah yang tidak memperhatikan masalah kesehatan dan higienitas seksual berisiko lebih besar terkena kanker ini. Gejala dini infeksi terjadi pada usia belasan tahun. Perubahan sel – sel tersebut biasanya memakan waktu bertahun – tahun sebelum sel – sel tadi berubah menjadi sel – sel kanker. Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan dapat mencegah sel – sel yang abnormal sebelum berubah menjadi sel kanker. Wanita baru diketahui mengidap kanker dari usia 20 atau 30 tahun kemudian setelah infeksi kanker menyebar.
Dr. H Burham Warsito, SpOG, K.Onk, Super spesialis bidang kanker Rahim RS. Dr. Sardjito menerangkan lebih lanjut, penyebab utama penyakit ini karena infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang ditularkan lewat hubungan seksual. Virus ini menyebabkan sel-sel dan jaringan di leher rahim tumbuh tidak normal dan berkembang menjadi kanker leher rahim. Gejala ini dimulai dengan kondisi prakanker, umumnya tidak ada gejala dan tak ada rasa nyeri. Tanda – tandanya pada wanita terdapat keputihan berlebihan, berbau busuk, dan tidak sembuh – sembuh. Adanya pendarahan tidak normal. Ini terjadi hanya bila setelah sel – sel leher rahim menjadi bersifat kanker dan menyerang jaringan – jaringan disekitarnya.
Wanita yang melakukan seks aktif harap waspada bila terjadi rasa nyeri selama berhubungan seks. Gejala lanjutan seperti kondisi badan mengalami anemia, kesulitan atau nyeri dalam perkemihan, terasa nyeri di daerah sekitar panggul dan meningkatnya perdarahan selama menstruas, merupakan kondisi abnormal leher rahim. Sementara tanda abnormal leher rahim bagi wanita menopause terjadi perdarahan pada masa pra atau pasca menopause. Bila kanker sudah mencapai stadium tiga ke atas, maka akan terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, tangan dsb.
Deteksi dini kanker leher rahim sangat diperlukan agar bisa disembuhkan. Dr. Burhan menganjurkan, wanita aktif dan para ibu untuk melakukan pemeriksaan pap smear dan biopsi untuk mendeteksi kanker leher rahim, sel – sel abnormal dan luka prakanker di leher rahim. Pemeriksaan pap smear setahun sekali bagi wanita usia di atas 21 tahun atau bagi mereka yang sudah melakukan hubungan seks. Bagi wanita yang berusia di atas 30 tahun dan telah melakukan pap smear 3 kali berturut – turut dan hasilnya normal dapat melakukan tes ini setiap dua atau tiga tahun sekali. Setelah tes dan hasilnya diketahui, segera konsultasi dengan dokter yang bersangkutan.
Burhan menerangkan, tes ini hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Dalam keadaan berbaring telentang, sebuah alat yang dinamakan spekulum akan dimasukan ke liang senggama. Alat ini berfungsi membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka, sehingga memungkinkan pandangan bebas dan leher rahim terlihat jelas. Sel – sel leher rahim kemudian diambil dengan spatula dan usapan tersebut dioleskan pada object – glass , kemudian dikirim ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan lebih teliti.
Prosedur pemeriksaan pap smear test tidak akan menimbulkan rasa sakit. Pemeriksaan ini dapat ditangani oleh dokter umum dan klinik keluarga berencana. Pap smear test yang baik dilakukan pada waktu seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi wanita. Bila sudah mati haid, pap smear tes dapat dilakukan kapan saja.
Apabila kandungan rahim dan leher rahim telah diangkat atau dioperasi (hysterectomy atau operasi pengangkatan kandung rahim dan leher rahim), maka tidak perlu lagi melakukan pap smear tes , karena wanita sudah terbebas dari risiko menderita kanker leher rahim. Pap smear tes biasanya dilakukan dua tahun sekali dan lebih baik dilakukan teratur. Tidak ada kata terlambat melakukan pap smear tes, sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit kanker leher rahim.
Sumber : Theresia Andayani
Tabloid KABARE ; edisi XLVII, tahun IV, Mei 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar